Dzikir  

Berzikir lafash ALLAH menurut Ibnu Taymiyah, Imam al-Ghazali,mazhab Syafi’iyah

 

LAFASH اَللّٰهُ

Dalam pembahasan ini akan tertuan dan terjabarkan dengan berbagai pendekatan dan pendapat mengenai asal usul dan kaidah kaedah yang bisa merinci serta menguat hikmah di balik adanya penamaan Kata “ALLAH” karena ini sangat besar pengaruhnya di dalam beragama, sehingga dengan pemahaman yang benar tentang Allah maka lebih memperkokoh ketaqwaan kepada-Nya, juga apakah dalam islam lafas ALLAH ini bisa dipake berzikir dalam bentuk tunggal,

Dalam Al-Qur’an  banyak yang termuat Kata Allah yang antara lain surat Albaqrah :255

للّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ

اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

Terjemahan:

ALLAH, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar

Selain itu lafash Allah juga terdapat dalam surat awbagai berikut

(Q.S Ar-Ra’d: 11) (QS. Al-Baqarah: 286) (Q.S An-Nahl: 78) (QS Al Insyirah 5) (Q.S Yunus: 56) (QS. At Taubah 40) (Q.S Al-Kahfi: 23-24) (Q.S An-Naml: 88)(Q.S Fusshilat: 34) (Q.S Al-Hadid: 23) (Q.S ali Imran: 139) (QS. Ibrahim: 7) (Q.S Ar-Ra’d: 11) (Q.S Al-A’raf: 200)  (QS. Al-Baqarah 216)(Q.S At-Talaq: 4)

Kata Allah juga bervariasi dalam pemberian baris ada  lafaz “Allah” yang huruf akhirnya berharakat dhammah (rafa’), ini teradapat Al-Qur’an berjumlah sekitar 980 lafazh di antaranya sebagai contoh QS.Al-baqara:10)

فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ

Fii quluubihim maradhun fazaadahumullahu maradhan walahum ‘adzaabun aliimun bimaa kaanuu yakdzibuun(a)

Dalam hati mereka ada , lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Juga ada lafaz “Allah” yang terdapat dalam Al-Qur’an yang mana huruf akhirnya berharakat fathah (nashab), diperoleh sekitar 592 lafazh. Sebagai contoh. QS. AL-BAQARAH:26

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَۙ

Innallaha laa yastahyii an yadhriba matsalaa maa ba’uudhatan famaa fauqahaa faammaal-ladziina aamanuu faya’lamuuna annahul haqqu min rabbihim waammaal-ladziina kafaruu fayaquuluuna maadzaa araadallahu bihadzaa matsalaa yudhillu bihi katsiiran wayahdii bihi katsiiran wamaa yudhillu bihi ilaal faasiqiin(a)

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Ada juga  ditemukan lafaz “Allah”  yang huruf akhirnya berharakat kasrah (khafadh), itu di temukan sekitar 1125 kata salah satu contohnya adalah QS. Al-Baqrah:27

الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

Al-ladziina yanqudhuuna ‘ahdallahi min ba’di miitsaaqihi wayaqtha’uuna maa amarallahu bihi an yuushala wayufsiduuna fiil ardhi uula-ika humul khaasiruun(a)

(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

Penamaan Lafash Allah

Dalam Bahasa arab  kata “Allah” berasal dari kata “al-Ilah” ( الإله ) atau dengan kata lain dari ilmu kaidah Bahasa arab adalah  “Alaha-Ya’lahu-Uluhatan” ( أَلَهَ-يَأْلَهُ-اُلوهَة ) yang artinya  “menyembah”. Jadi Allah adalah tuhan yang satu satunya yang layah di sembah dan memiliki kesucian yang sempurnah.

Menurut Ibn al-Qoyyim  Allah (الله) adalah nama yang menujuk kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi, Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, Dialah Tuhan segala sesuatu. Lafadz Allah (dalam bahasa Arab) bukan bentuk derivasi dari akar kata alif-lam-ha’. Sebab dalam kitab Mu’jam Alfadz al-Qur’an al-Karim disebutkan bahwa إلة atau أ-ل-ه berarti “tuhan” memiliki “segala sesuatu yang disembah”. Dalam al-Qur’an, lafadz إله juga digunakan untuk menyebut tuhan kaum kafir. Sedangkan lafadz الله adalah nama yang digunakan untuk menunjuk Dzat Maha Tinggi yang berhak untuk disembah.

Tuntunan Berzikir dengan Lafash ALLAH

Dalam pengamalannya berzikir dengan lafash Allah ini ada dua golongan pendapat yang menarik untuk di bahas pada kesempatan kali ini karena sangat berbeda dalam mendudukkan lafash ALLAH dalam berzikir, ada yang menharamkan bahkan jatu ke perbuatan bid’ah, juga kelompok kedua mombolehkan bahkan sangan menganjurkan  berzikir menggunakan lapash jalalah.

Dalam hal berzikir dengan lafash tunggal “Allah, Allah, Allah, Allah menurut, Syekh Ibnu Taymiyah bahwa beliau berkata:

والذكر بالاسم المفرد مظهرا ومضمرا بدعة في الشرع وخطأ في القول واللغة فإن الاسم المجرد ليس هو كلاما لا إيمانا ولا كفرا

“Dzikir dengan isim mufrad (satu kata), baik berupa kata asli (Allah) ataupun kata ganti (Huwa) adalah bid’ah dalam syariat, salah secara etika berbicara dan keliru secara bahasa. Karena satu kata, bukan kalam (kalimat sempurna), bukanlah iman dan bukan pula kekafiran.” (Ibnu Taymiyah, Majmu’ Al-Fatawa, X, 396), ini ikuti oleh Syekh Bin Baz dan Syekh Ibnu Utsaimin dalam fatwanya masing-masing (Majmu’ Fatawa Ibn Baz dan Majmu’ Fatawa wa Rasa’il al-Utsaimin). Ini adalah satu fatwah mereka bahwa berzikir dengan lafash Allah itu tidak boleh atau dalam perbuatan bid’ah.

Jadi menurut pendapat ini bahawa lafash Allah belum lengkap tidak berupa kalimat yang sempurnah yang memilki maknah dan maksud yang terkandung sehingga tidak selayaknya di jadikan kalam untuk berzikir karena tidak bisa mempengaruhi kedudukan imam seseorang, lain halnya kalau berzikir dengan kalimat lengkap seperti LAILAHA ILLALLAH, SUBHANALLAH , WALHAMDULILLAH dan lain, ini memiliki makna dan arti yang jelas.

 

Pendapat sekaligus penjelasan yang cukup lengkap dan lugas yang menjadi pembanding dari uraian sebelumnya yang menharamkan dan membid’ahkan berzikir dengan lafash Allah yang tunggal,ini berlandaskan  Al-Qur’an dan hadist .

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali yang menjelaskan -cara berdzikir untuk selalu Allah, sebagaimana berikut

فإن أصل طريق الدين القوت الحلال وعند ذلك يلقنه ذكراً من الأذكار حتى يشغل به لسانه وقلبه فيجلس ويقول مثلا الله الله أو سبحان الله سبحان الله أو ما يراه الشيخ من الكلمات

“Maka sesungguhnya dasar dari jalan tasawuf adalah makanan yang halal. Maka ketika itu terpenuhi, hendaknya seorang guru mendiktekan pada muridnya salah satu macam dzikir hingga lisan dan hatinya sibuk dengan itu. Ia duduk dan misalnya berkata: “Allah, Allah” atau “Subhanallah subhanallah” atau redaksi lain yang diajarkan oleh gurunya.” (al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din, III, 77).

Berzikir juga dengan menggunakan lafash ALLAH di jelaskan dalam Al-Qur’an berikut:

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا

“Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” (QS. Al-Muzzammil: 8)

Menjadi dasar kuat juga dalam berzukir menggunakan lafash Allah itu di jelaskan dalam nabi Muhammad SAW yang di riwayatkan oleh sebagai berikut:

عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ: اللهُ، اللهُ

“Dari Anas, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: Kiamat tak akan terjadi hingga di muka bumi tak disebut: Allah, Allah.” (HR. Muslim)

Guru besar Ar-Ramli dari penganut mazhab Syafi’iyah, dalam kitab fatwanya sebagai berikut:

ـ (سُئِلَ) عَنْ قَوْلِ الْقَائِلِ فِي مَجْلِسِ الذِّكْرِ اللَّهُ اللَّهُ فِي حَالِ صَحْوِهِ مِنْ اسْتِغْرَاقٍ هَلْ يُسَمَّى ذِكْرًا أَوْ لَا، وَإِذَا قُلْتُمْ بِأَنَّهُ لَا يُسَمَّى ذِكْرًا هَلْ يُثَابُ عَلَيْهِ أَمْ لَا؟ (فَأَجَابَ) بِأَنَّهُ لَا يُسَمَّى ذِكْرًا عُرْفًا لِعَدَمِ إفَادَتِهِ لَكِنَّهُ يُثَابُ لِقَصْدِ الذِّكْرِ كَمَا أَنَّ ذَا الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ آثِمٌ بِنُطْقِهِ بِحَرْفٍ وَاحِدٍ مِنْ الْقُرْآنِ بِقَصْدِ الْقِرَاءَةِ؛ لِأَنَّهُ نَوَى مَعْصِيَةً وَشَرَعَ فِيهَا، وَإِنْ لَمْ يُسَمَّ قَارِئًا

“Imam ar-Ramli ditanya tentang ucapan seseorang di majelis dzikir ‘Allah, Allah’ di saat ia tersadar dari keheningan dzikirnya, apakah itu disebut dzikir atau tidak? Dan bila tidak, apakah berpahala atau tidak?” Ar-Ramli menjawab: “Secara kebiasaan yang berlaku, hal itu tidak disebut dzikir sebab bukan merupakan kalimat sempurna, tetapi pelakunya mendapat pahala sebab berniat dzikir, seperti halnya seseorang yang punya hadats besar berdosa ketika melafalkan satu huruf Al-Qur’an dengan membaca al-Qur’an, meskipun [secara kebiasaan] tidak disebut sebagai telah membaca Al-Qur’an,” (ar-Ramli, Fatawa ar-Ramli, IV, 358).

Jadi jelas di perbolehkan dalam berzikir menggunakan lafash ALLAH berdiri sendiri, itu tidak seperti patwah yg mengharamkan dan perbuatan bid’ah, maka dari itu menuntun bahwa berzikirlah dengan membaca ALLAH, ALLAH, ALLAH dan seterusnya dan baca dalam doa terutama sepertiga malam sesudah mengerjakan tahajjud atau hajat, maka Insya Allah apa yang menjadi hajat akan berhasil, aamiin aamiin aamiin ya Rabbal alamin.

Sekian urain ini tentang berzikir menggunkan lafash ALLAH sebagai bagian dari asmaul husna semoga bermanfaat dan bernilai ibadah di sisi Allah, kebenaran adalah milik Allah, manusia tenpatnya salah dan khilaf mohon maaf lahir batin Wallahu wa’lam bissawaf.

 

Jangan Lewatkan urain selanjutnya tentang penjelasan Asmau husna.

 

ASSALAMU LAIKUM WR WB

DI SUSUN OLEH

 

 

JUMANSUR, S. Pd.I